menjdiindustri kreatif dan dapat menambah pendapatan masyarakat. Para peneliti sosial telah mengkaji masyarakat Wawonii di antaranya Hos dan kawan-kawan (2016), Syafruddin dan Rahayu Puji Suci (2019); Ibrahim (2016), namun tidak mengkaji kearifan lokal masyarakat Wawonii. Berbeda dengan penelitian ini, mengkaji tentang bagaimana pola adaptasi
PeranPenting Ilmu Sosial dalam Penyelesaian Masalah Pandemi. Inovasi saintek dapat menjadi solusi jangka pendek. Namun, penelitian soshum memberi solusi jangka menengah dan panjang dalam kebijakan penanganan pandemi. Sudah hampir tiga bulan pandemi COVID-19 melanda Indonesia sejak kasus positif pertama ditemukan pada 2 Maret 2020.
Yuk yang Kelas 12 Belajar Materi Kearifan Lokal Agar Bisa Menjaga Kebudayaan! Kearifan lokal merupakan sebutan bagi gagasan-gagasan lokal yang bernilai baik, bijaksana, dan tertanam kuat lintas generasi dalam masyarakat. Inti dari nilai kearifan lokal ialah kelokalan itu sendiri sehingga kearifan ini hanya berlaku dalam komunitas masyarakat
Disaatpendekatan rasional dirasa buntu dalam menangani masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat kearifan lokal menjadi salah satu cara menyelesaikannya, untuk itulah maka dilakukan riset etnografi sebagai salah satu alterative mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait kesehatan (Harun A, 2015).
IMPLEMENTASIKEARIFAN LOKAL DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR mengatasi masalah ini diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik dari lembaga kolektif masyarakat. Bahkan kondisi sosial . Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Volume 5, Nomor 2, Desember 2018 ISSN: 2443-3519
TRANSFORMASINILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MODAL SOSIAL DALAM MENGATASI PERSOALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT DAERAH PERBATASAN GUNA MENGHADAPI ASIA FUTURE SHOCK TAHUN 2020 Mulyaningsih Universitas Garut mulyaningsih@uniga.ac. Article info Abstrak Article history: Received 28th November 2019 Received in revised form 23rd March 2020 Accepted 05th April 2020
mendeskripsikanbagaimana nilai-nilai kearifan lokal dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk mencapai pembelajaran bermakna dan menghasilkan manusia yang bermoral, berkarakter, dan berbudaya. Kata Kunci: Kurikulum 2013, Integrasi, Kearifan Lokal
Indonesiamemiliki keragaman budaya dan tradisi daerah yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Keanekaan budaya dan tradisi itu perlu dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pemahaman budaya dan tradisi serta kearifan lokal setempat berbagai kendala dan masalah separatisme atau terorisme dan isu-isu lainnya yang mengancam
Nn2Tr0. A. PEMBERDAYAAN KOMUNITAS Robinson 1994 menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Ife 1995 mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata âempowerment,â yang berarti memberi daya, memberi âpowerâ kuasa, kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatanpenekan di segala bidang dan sektor kehidupan Sutoro Eko, 2002. Konsep pemberdayaanmasyarakat desa dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaandimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat beneficiaries yang tergantung pada pemberian daripihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek agen ataupartisipan yang bertindak yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukanberarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya kepada masyarakat tentu merupakantugas kewajiban negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berartiterbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungandan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukanproses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunandan pemerintahan Sutoro Eko, 2002. Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalampembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandiriandalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pasal 1 , ayat 8. Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkankemampuan dan kemandirian masyarakat. Selain itu, pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia SDM maupun sumber daya alam SDA yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses pemberdayaan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat 20097, yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama. B. Tujuan dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikanmasyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belummencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan,pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yangrendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahalketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasarlokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdaganganinternasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut strukturalkebijakan dan kultural Sunyoto Usman, 2004. Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbanganuntuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu 1. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakatberkembang enabling. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering.Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan tarafpendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomiseperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupapemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, sepertiirigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yangdapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembagalembagapendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasipenduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagimasyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidakselalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerjakeras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upayapemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial danpengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam prosespengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu,pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan,pengamalan demokrasi. 3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam prosespemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karenakekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan danpemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena halitu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harusdilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, sertaeksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian charity.Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri yanghasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain. Dengan demikian tujuan akhirnya adalahmemandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukandiri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. 1. Pengertian Pemberdayaan Komunitas Pemberdayaan Komunitas suatu proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Hatu, 2010 Contoh program pemberdayaan komunitas yang ada di masyarakat adalah PNPM Mandiri LSM PLP-BK Pemberdayaan komunitas sejalan dengan konsep Community Development, yaitu proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat. Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kecenderungan kedua kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Arah Pemberdayaan Komunitas Pemberdayaan komunitas diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Ciri-ciri warga masyarakat berdaya Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan ke depan Mampu mengarahkan dirinya sendiri Memiliki kekuatan untuk berunding Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan Bertanggungjawab atas tindakannya. Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham, termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggung jawab. 2. Tujuan dan Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Tujuan pemberdayaan komunitas Emmy Peningkatan standar hidup Meningkatkan percaya diri Peningkatan kebebasan setiap orang Untuk melaksanakan pemberdayaan komunitas dilakukan dengan konsep Community Based Development CBD. Ada beberapa karakter utama CBD, yaitu CBD berbasis sumber daya masyarakat CBD berbasis partisipasi masyarakat CBD berkelanjutan Pemberdayaan komunitas dapat dilihat dari 2 sudut pandang Pendekatan Deficit Based Pendekatan ini terpusat pada berbagai permasalahan yang ada dan upaya-upaya pemecahan masalah tersebut Pendekatan Strength Based Merupakan pendekatan yang terpusat pada potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh komunitas, individu, atau masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Kelebihan Pemberdayaan Komunitas Memudahkan dalam koordinasi antarindividu Antarindividu dapat saling memberi semangat dan motivasi. Mampu meningkatkan kesejahteraan dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan. Mampu meningkatkan dan memperbaiki kehidupan masyarakat dan kelompok baik di bidang ekonomi maupun sosial. Penggunaan sumber daya alam dan potensi yang ada lebih efektif dan efisien. Proses pembangunan lebih demokratis dan aspiratif karena melibatkan banyak orang. Kekurangan Pemberdayaan Komunitas Sering terjadi perbedaan pendapat antara satu orang dengan orang yang lain, sehingga muncul konflik baru. Tingkat partisipasi setiap individu berbeda-beda, sehingga menghambat pembangunan. Tingkat sumber daya manusia berbeda-beda Keberhasilan pemberdayaan komunitas bergantung individu yang bergabung di dalamnya. Kurangnya kemampuan masyarakat dalam berkreasi dan kurangnya kapasitas secara kritis dan logis. Kegiatan pemberdayaan selama ini ditujukan pada masyarakat lokal dan permasalahan sosial saja. Ketergantungan sumber dana dari luar. Kendala dalam Pemberdayaan Komunitas Kurangnya komitmen dari masyarakat, karena kurangnya pemahaman Kendala perilaku masyarakat, contohnya etos masyarakat Diversifikasi pola kehidupan masyarakat, meliputi kebudayaan, sosial, ekonomi, kondisi geografis. Kurangnya monitoring dan data yang berkualitas Indikator yang tidak tepat. Kurangnya koordinasi Sistem administrasi yang terlalu birokratis terlalu banyak pengaturan B. KONSEP KEARIFAN LOKAL Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup way of life yang mengakomodasi kebijakan wisdom dan kearifan hidup. Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Contoh hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan antara lain dalam bentuk pepatah, semboyan, dan peribahasa, folklore, dan manuskrip. Kelangsungan kearifan lokal tercermin pada nilai-nilai yang berlaku pada sekelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai tersebut akan menyatu dengan kelompok masyarakat dan dapat diamati melalui sikap dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya. Contoh kearifan lokal yang bertumpu pada keselarasan alam telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara. Pemberdayaan Komunitas dalam Masalah Sosial berdasarkan Kearifan Lokal Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Kearifan lokal yang sarat kebijakan dan filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Kearifan lokal dari masing-masing daerah memiliki sifat kedinamisan yang berbeda dalam menghadapi pengaruh dari luar. Banyak manfaat yang diperoleh dari luar, namun dampak buruk yang ditimbulkan juga besar. Contoh munculnya masalah sosial seperti kenakalan remaja, perubahan kehidupan sosial, perubahan kondisi lingkungan, dan ketimpangan sosial. Masalah sosial yang ada di masyarakat dapat menimbulkan ketimpangan sosial, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberdayakan komunitas berbasis kearifan lokal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan komunitas asli Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konversi yang diselenggarakan oleh ILO Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program penanggulangan permasalahan sosial. Rumah panggung Suku Bajo, yang terpisah dari daratan. Mereka tak ingin ada jembatan yang menghubungkan antara daratan dan laut, antara lain khawatir bedampak buruk bagi lingkungan sekitar. sumber Sosiologi untuk SMA XII, Lia Candra Rufikasari, Mediatama A. Konsep Pemberdayaan Komunitas 1. Pengertian Komunitas Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama communities of common interest, baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teriotrial. Istilah community dapat diterjemahkan sebagai âmasyarakat setempatâ. Dalam pengerian lain, komunitas community diartikan sebagai sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama sehingga mereka telah berkembang menjadi sebuah âkelompok hidupâ group lives yang diikat oleh kesamaan kepentingan common interest. Artinya, ada social relationship yang kuat di antara mereka, pada satu batasan geografis tertentu. 2. Pengertian Pemberdayaan Komunitas Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat atau komunitas adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan komunitas dapat disebut sebagai suatu upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas atau kemampuan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. 3. Prinsip-Prinsip Dasar Pemberdayaan Komunitas Rubin dalam Sumaryadi, 200594-96 mengemukakan lima prinsip dasar pemberdayaan komunitas. 1 Pemberdayaan komunitas memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikelolanya, meskipun berbeda dengan organisasi bisnis, di mana dalam pemberdayaan komunitas keuntungan yang diperoleh didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya. 2 Pemberdayaan komunitas selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan 3 Dalam pelaksanaan program pemberdayaan komunitas, kegiatan pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik 4 Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan 5 Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan kepentingan masyarakat yang bersifat mikro 4. Ruang Lingkup Pemberdayaan Komunitas Mencakup berbagai program pemberdayaan. Program-program tersebut meliputi bidang 1 Pemberdayaan ekonomi 2 Pemberdayaan politik, peningkatan bargaining position masyarakat terhadap pemerintah. 3 Pemberdayaan sosial budaya, peningkatan kemampuan sumber daya manusia human investment 4 Pemberdayaan lingkungan, program perawatan dan pelestarian lingkungan. B. Dasar Terbentuknya Pemberdayaan Komunitas Upaya pemberdayaan komunitas ini didasari pemahaman munculnya ketidakberdayaan komunitas akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan powerless. Jim Ife 197760-62 mengidentifikasi beberapa jenis kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan mereka, yaitu 1 Kekuatan atas pilihan pribadi 2 Kekuatan dalam menentukan kebutuhan sendiri 3 Kekuatan dalam kebebasan berekspresi 4 Kekuatan kelembagaan 5 Kekuatan sumber daya ekonomi 6 Kekuatan dalam kebebasan reproduksi Faktor lain yang menyebabkan ketidakberdayaan komunitas di luar faktor ketiadaan daya powerless adalah ketimpangan, yang meliputi ketimpangan struktural, ketimpangan kelompok, ketimpangan personal. Dengannya, kegiatan merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat akan berjalan efektif jika sebelumnya sudah dilakukan investigasi terhadap faktor-faktor yang menjadi akar permasalahan sosial. Dalam konteks ini, perlu diklarifikasi apakah akar penyebab ketidakberdayaan berkaitan dengan faktor kelangkaan sumber daya powerless atau faktor ketimpangan, atau kombinasi antara keduanya. Upaya pemberdayaan masyarakat lemah dapat dilakukan dengan tiga strategi, Pertama, pemberdayaan perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan dengan membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan dan kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Kedua, pemberdayaan melalui aksi-aksi sosial dan politik yang dilakukan melalui perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun kekuasaan yang efektif. Ketiga, pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran yang dilakukan dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup luas, hal ini dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan keterampilan. C. Manfaat Pemberdayaan Komunitas Manfaat besar dari pemberdayaan komunitas adalah memungkinkan perkembangan dan penggunaan bakat/atau kemampuan terpendam dalam, setiap individu. Melalui pemberdayaan komunitas diharapkan hambatan-hambatan tradisional dalam masyarakat dapat dihilangkan, garis demarkasi disingkirkan, dan deskripsi pekerjaan yang menghalangi dapat dikesampingkan. Pemberdayaan telah memberikan kontribusinya bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat diberi pengetahuan manajemen, mutu, teknik, keterampilan, dan metodologi yang baik dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dalam pekerjaan dan perbaikan kinerjanya. D. Strategi Pemberdayaan Komunitas 1. Stategi Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas Menurut Eliot dalam Sumaryadi, 2005150 ada tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau masyarakat, antara lain sebagai berikut. a. Pendekatan kesejahteraan the walfare approach, yaitu membantu memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam b. Pendekatan pembangunan the development approach, memusatkan perhatian pada pembangunan untuk meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan masyarakat c. Pendekatan pemberdayaan the empowerment approach, melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik dan berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaannya. 2. Strategi Pemberdayaan Komunitas Melalui Nilai-Nilai Kearifan Lokal a. Pengertian Konsep Kearifan Lokal Kearifan lokal berasal dari dua suku kata yaitu kearifan wisdom dan lokal local. Kearifan itu dipahami sebagai seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sementara itu, pengertian lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Secara terminologi, kearifan lokal local wisdom dapat dimaknai sebagai pandangan hidup dan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi. b. Pemberdayaan Komunitas Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pemberdayaan komunitas pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan, sadar hukum, sadar akan hak dan kewajiban, serta mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan mandiri bagi masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemberdayaan komunitas tak terlepas dari upaya penanggulangan kemiskinan yang kerap menghantui masyarakat kita. Terdapat lima hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan suatu masyarakat, yaitu 1. Menghormati dan menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia 2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konvensi yang diselenggarakan oleh ILO 3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan 4. Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional 5. Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program penanggulangan masalah sosial. Model pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal mengandung arti peletakan nilai-nilai setempat lokal sebagai input penanggulangan masalah sosial seperti kemiskinan. Nilai-nilai setempat lokal tersebut merupakan nilai-nilai sosial yang menjadi cerminan dari masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai tersebut meliputi kegotongroyongan, kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi tepa selira. Pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan menciptakan masyarakat yang berdaya, ciri-ciri masyarakat yang berdaya antara lain 1. Mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan mengantisipasi kondisi perubahan ke depan 2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri 3. Memiliki kekuatan untuk berunding 4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan 5. Bertanggung jawab atas tindakannya E. Pemberdayaan Komunitas untuk Mengatasi Ketimpangan Sosial 1. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan kearifan lokal, pada dasarnya pemberdayaan komunitas untuk mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan kearifan lokal ini sudah dapat kita temukan di berbagai daerah, contohnya budaya gotong royong dalam mendirikan rumah. 2. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan kelestarian lingkungan, kelestarian lingkungan perlu dijaga untuk mencegah terjadinya ketimpangan sosial dalam suatu masyarakat. Kelestarian lingkungan alam yang tidak dijaga akan mengakibatkan semakin berkurangnya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 3. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan pembangunan berkelanjutan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, eifisen, dan memerhatikan keberlangsungan pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini maupun generasi yang akan datang. A. Konsep-Konsep Pemantauan dan Evaluasi Pemberdayaan Komunitas 1. Pengertian Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Kata âevaluasiâ dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari âpenilaianâ, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati Hornby dan Parnwell, 1972. Pokok-pokok pengertian tentang evaluasi. a. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau sesuatu objek b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah kita ketahui dan atau miliki c. Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan Kegiatan evaluasi selalu mencakup kegiatan berikut. a. Observasi pengamatan b. Membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang ada atau telah ditetapkan lebih dahulu c. Pengambilan keputusan atau penilaian atas objek yang diamati Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan sistematis yang meliputi hal-hal berikut. a. Pengamatan untuk pengumpulan data atau fakta b. Penggunaan âpedomanâ yang telah ditetapkan c. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu d. Penilaian dan pengambilan keputusan Evaluasi harus âobjektifâ, dalam arti harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan praduga atau intuisi seseorang. Evaluasi juga harus menggunakan pedoman-pedoman tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 2. Ragam Evaluasi dan Aksi Pemberdayaan Komunitas a. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan. b. On-Going Evaluation dan Ex-Post Evaluation On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dibanding program atau rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan ex-post evaluation sebenarnya sama dengan evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan yang direncanakan telah selesai dikerjakan. c. Evaluasi Intern dan Evaluasi Ekstern Ditinjau dari pelaksana kegiatan evaluasi, kegiatan evaluasi dibedakan antara evaluasi intern dan evaluasi ekstern. Pada evaluasi intern, pengambilan inisiatif diadakannya evaluasi maupun pelaksanaan kegiatan evaluasi adalah orang-orang atau aparat yang terlibat langsung dengan program yang bersangkutan. Sementara itu, evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak luar di luar organisasi pemilik/pelaksana program meskipun inisiatif dilakukanya evaluasi dapat muncul dari kalangan orang luar, atau justru diminta oleh organisasi pemilik/pelaksana program yang bersangkutan. d. Evaluasi Teknis dan Evaluasi Ekonomi Dilihat dari aspek kegiatan yang dievaluasi, dikenal adanya evaluasi teknis fisik. Evaluasi teknis fisik adalah kegiatan evaluasi yang penerima manfaat dan ukurannya menggunakan ukuran-ukuran teknis fisik. Sementara itu, evaluasi ekonomi atau keuangan, penerima manfaatnya adalah pengelolaan keuangan dan penerima ini menggunakan ukuran-ukuran ekonomi. e. Evaluasi Program, Pemantauan Program, dan Evaluasi Dampak Program 1 Evaluasi Program, adalam evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. 2 Pemantauan Program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi data dan fakta dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan program. 3 Evaluasi Dampak Program, sebagian besar kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan. f. Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil 1 Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilaksanakan itu sesuai dalam arti kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sesuai yang dirumuskan dalam programnya. 2 Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. 3. Tujuan Evaluasi dan Aksi Pemberdayaan Komunitas Pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari pedoman yang telah ditetapkan. 4. Kegunaan Evaluasi Pemberdayaan Komunitas a. Kegunaan operasional 1 Dengan evaluasi kita dapat mengetahui cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan sekaligus dapat mengidentifikasi faktor-faktor kritis critical factors yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan. 2 Melalui evaluasi, dapat kita lakukan perubahan-perubahan, modifikasi dan supervise terhadap kegiatan yang dilaksanakan 3 Melalui evaluasi akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan b. Kegunaan analitis bagi pengembangan program 1 Untuk mengembangkan dan mempertajam tujuan program dan perumusannya 2 Untuk menguji asumsi-asumsi yang digunakan, dan untuk lebih menegaskannya lagi secara eksplisit 3 Untuk membantu dalam mengkaji ulang proses kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang dikehendaki c. Kegunaan kebijakan 1 Berlandaskan hasil evaluasi dapat dirumuskan kembali, strategi pembangunan, pendekatan yang digunakan, serta asumsi-asumsi dan hipotesis-hipotesis yang akan diuji 2 Untuk menggali dan meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang hubungan antarkegiatan pembangunan, yang sangat bermanfaat bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan di masa-masa mendatang 5. Landasan Evaluasi Pemberdayaan Komunitas a. Evaluasi dilandasi oleh keinginan untuk mengetahui sesuatu b. Menjungjung tinggi nilai-nilai kebenaran c. Objektif B. Prinsip-Prinsip Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas 1 Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program artinya tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya. 2 Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan berikut a. Objektif b. Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan standarized c. Menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti d. Menggunakan alat ukur yang tepat valid, sahih dan dapat dipercaya teliti, reliable 3 Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula. 4 Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif dan uraian kualitatif 5 Evaluasi harus efektif dan efisien C. Kualifikasi Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, setiap evaluasi harus dilaksanakan agar memenuhi persyaratan berikut ini. 1 Memiliki tujuan jelas dan spesifik 2 Menggunakan instrumen yang tepat dan teliti 3 Memberikan gambaran jelas tentang perubahan perilaku penerima manfaat 4 Evaluasi harus praktis 5 Objektif D. Pendekatan dalam Pelaksanaan Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas 1. Pendekatan Kebutuhan, artinya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat penerima manfaat 2. Pendekatan Informan Kunci Key Informan, pengumpulan data dibatasi pada informan kunci yang biasanya terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat setempat yang menguasai tentang kebutuhan dan hal-hal yang dirasakan oleh masyarakat penerima manfaat 3. Pendekatan Forum Masyarakat 4. Pendekatan Indikator, dengan membatasi pada sejumlah indikator-indikator yang strategis 5. Survei dan Sensus E. Pendekatan Sistem dalam Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Mengacu pada pengertian tentang pemberdayaan dan analisis tentang pendidikan sebagai suatu sistem, kegiatan pemberdayaan dapat dipandang sebagai suatu sistem pendidikan, yang terdiri atas, 1. Raw input atau bahan baku yang berupa penerima manfaat didik atau masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan 2. Instrumen input, atau perlengkapan yang berupa fasilitator, materi pemberdayaan, metode pemberdayaan, dan keadaan kegiatan pemberdayaan 3. Environment input, atau lingkungan sosial, ekonomi, budaya asal masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan 4. Proses pemberdayaan itu sendiri 5. Output atau hasil pemberdayaan yang berupa hasil langsung perubahan perilaku dan hasil akhir peningkatan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat Oleh karenanya diperlukan adanya evaluasi yang diarahkan untuk mengevaluasi keseluruhan unsur sub sistem dari sistem pemberdayaan itu, a. Evaluasi kebijaksanaan tujuan program b. Evaluasi proses belajar-mengajar yang diprogramkan c. Evaluasi logistik yang diperlukan d. Evaluasi sistem pengawasan F. Pendekatan dalam Pelaksanaan Pemantauan Aksi Pemberdayaan Komunitas Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk melaksanakan pemantauan, yaitu 1. Penggunaan catatan-catatan atau rekaman data, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan dengan membandingkan catatan jadwal kegiatan termasuk target-targetnya, dengan informasi yang dapat dikumpulkan selama pelaksanaan program. 2. Survei terhadap peserta program atau penerima manfaat dan pemangku kepentingan yang lain. 3. Survei terhadap seluruh warga masyarakat, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam program pemberdayaan. G. Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Program Aksi Pemberdayaan Komunitas Pelaksanaan evaluasi terhadap dampak program bertujuan untuk menilai seberapa jauh tingkat efektivitas program dan dampaknya terhadap masyarakat penerima manfaat, baik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program maupun tidak. Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi dampak program aksi pemberdayaan komunitas, yaitu 1. Pendekatan Eksperimental, dengan merancang kegiatan evaluasi sebagai suatu riset eksperimental 2. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan Goal Orientation Approach, dilakukan dalam evaluasi keberhasilan atau ketercapaian tujuan kegiatan, yang memfokuskan kepada indikator-indikator ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. 3. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan The Decision Focused Approach, ditujukan untuk pengelola program, bagi pengambilan keputusan-keputusan yang terkait dengan keberlanjutan program perbaikan, pengembangan penghentian, dan lain-lain 4. Pendekatan yang Berorientasi pada Pemakai The User Focused Approach, mengutamakan pada penilaian tentang seberapa jauh tingkat korbanan dan atau kemanfaatan program bagi penerima manfaat, baik dilihat yang terkait dengan proses, hasil, maupun dampak kegiatannya 5. Pendekatan yang Responsive The Responsive Approach, sangat unik, karena evaluator harus mendengar informasi dari semua pemangku kepentingan untuk kemudian melakukan analisis dan sintesis melalui beragam sudut pandang yang dilatarbelakangi beragam kepentingan 6. Pendekatan yang Bebas Tujuan Goal Free Approach, pendekatan ini memberikan kebebasan untuk merumuskan tujuan dan metode evaluasinya. H. Model-Model Evaluasi Pemberdayaan Komunitas Model adalah abstraksi suatu entitas di mana abstraksi adalah penyederhanaan bentuk asli, dan entitas adalah suatu kenyataan atau keadaan keseluruhan suatu benda, proses, ataupun kejadian Yaya dan Nandang, 2009. Dalam hubungan ini terdapat beragam model, yaitu 1. Model fisik yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk tiga dimensi 2. Model naratif yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk lisan dan atau tulisan 3. Model grafik menggambarkan entitas dalam bentuk garis dan simbol 4. Model matematik yaitu menggambarkan entitas dengan menggunakan rumus-rumus persamaan tentang keterkaitan variabel 5. Model deskriptif, model ini menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan 6. Model prediktif, model ini menunjukkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu terjadi 7. Model normatif, model ini menyediakan jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil 8. Model ikonik, adalah model yang menirukan sistem aslinya, tetapi dalam suatu skala tertentu 9. Model analog, adalah suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkanya dengan benda atau sistem lain secara analog 10. Model simbolis, adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematis. Daftar Pustaka Ganda, dalam Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta Andi Offset. J, Nasikun, 1995. Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, dalam Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta Andi Offset. Kutut Suwondo. 2005. Civil Society Di Aras Lokal Perkembangan Hubungan Antara Rakyat dan Negara di Pedesaan Jawa. Yogyakarta Pustaka Pelajar & percik. Sunyoto Usman. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Jawaban unggulan yang telah dikurasi oleh Jawaban Kearifan lokal dapat mengatasi masalah sosial ditengah-tengah masyarakat karena beberapa alasan, pertama Kearifan lokal sangat mendukung dalam faktor perdamaian, selain sopan atau polite terhadap sesama juga kearifan lokal merupakan satu tanda khusus untuk menghindari masalah dalam kedua Kearifan lokal terdiri dari dua kata baku arif dan lokal. kata arif yang dikenal oleh banyak orang merupakan satu bentuk nilai moral yang terdapat dalam pribadi setiap orang, namun tergantung juga pada bagaimana cara dia mengatur nilai itu di dalam pribadi individu tersebut. Kata lokal yang sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu kemasyarakatan atau citizen yang ada pada daerah tertentu atau disebut daerah lokal. Jadi menurut saya, kearifan lokal sudah pasti mengatasai masalah dalam kemasyarakatan karena kearifan lokal memiliki nilai moral yang tinggi. BangkuTaman Indonesia DuniaBelajar Pendidikan Sekolah AyoBelajar TanyaJawab AyoMembaca AyoPintar KitaBisa DuniaPendidikan IndonesiaMaju Demikian ulasan mengenai tanya-jawab yang telah kami rangkumkan di dalam kategori pendidikan. Semoga saja Info yang BangkuTaman bagikan sanggup menunjang teman-teman dalam meningkatkan wawasan ataupun referensi. Jika teman-teman tertarik untuk mendapatkan informasi paling baru lainnya, silahkan ikuti Google News kami.
Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan kearifan lokal. Namun, seringkali kearifan lokal ini terabaikan dan tidak mendapat perhatian yang layak dari masyarakat. Padahal, kearifan lokal dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Apa itu Kearifan Lokal? Kearifan lokal merupakan nilai-nilai, adat istiadat, dan tradisi yang berkembang di suatu daerah atau komunitas tertentu. Kearifan lokal ini menjadi ciri khas suatu daerah atau komunitas dan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Bagaimana Kearifan Lokal Dapat Mengatasi Masalah Sosial? Kearifan lokal dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kearifan lokal dapat mengatasi masalah sosial 1. Masalah Kemiskinan Di beberapa daerah, terdapat kearifan lokal yang mendorong masyarakat untuk hidup sederhana dan berbagi dengan sesama. Contohnya, di daerah Bali, terdapat kearifan Tri Hita Karana yang mengajarkan untuk mencapai keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan menerapkan kearifan ini, masyarakat dapat hidup sederhana dan saling membantu dalam mengatasi masalah kemiskinan. 2. Masalah Konflik Antar Suku atau Agama Di Indonesia, seringkali terjadi konflik antar suku atau agama. Namun, terdapat kearifan lokal seperti gotong royong dan musyawarah mufakat yang dapat mengatasi masalah konflik tersebut. Dengan gotong royong, masyarakat dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama tanpa memandang suku atau agama. Sedangkan dengan musyawarah mufakat, masyarakat dapat mencari solusi bersama untuk mengatasi perbedaan yang ada. 3. Masalah Lingkungan Masalah lingkungan menjadi salah satu masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Namun, terdapat kearifan lokal seperti adat istiadat yang mendorong masyarakat untuk menjaga alam. Contohnya, di daerah Papua, terdapat kearifan Maladewa yang mengajarkan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem alam. Dengan menerapkan kearifan ini, masyarakat dapat menjaga lingkungan hidup dan mencegah kerusakan alam. Kesimpulan Kearifan lokal dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Namun, seringkali kearifan lokal ini terabaikan dan tidak mendapat perhatian yang layak. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali dan mempelajari kearifan lokal yang ada agar dapat mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat.