Tofind more books about naskah drama bahasa melayu, you can use related keywords : Free Download File Pdf Naskah Drama Cerita Rakyat Melayu Menggunakan Bahasa Melayu, Naskah Drama Bahasa Melayu, Naskah Drama Bahasa Melayu Riau, Naskah Drama Bahasa Melayu Riau 6 Pemain, Naskah Drama Dengan Bahasa Melayu Riau , Naskah Drama Dengan Bahasa Hanifah Ghina (2019) Kritik Sastra Ekologi Dalam Kumpulan Naskah Drama Pasar Malam Untuk Brojo Karya Dhianita Kusuma Pertiwi. Other thesis, Universitas Islam Riau. Hanny, Nadhilla (2020) Pembelajaran Via Daring (Online) Selama Pandemi Covid-19 Di Arizal Hj. Matayam binti M. Yasin (ibu) H. Arizal, MBA (11 Januari 1943 – 18 Mei 2014) adalah seorang sutradara serba bisa asal Indonesia. Dia merupakan sedikit dari sutradara Indonesia yang mampu membuat film dan sinetron dari berbagai genre. Arizal juga merupakan pencipta lagu dan wartawan di berbagai media. [1] [2] [3] [4] Didalam seni peran (teater atau drama), Asrizal merupakan aktor, sutradara, dan penulis naskah. Di bidang seni musik, Asrizal adalah penyanyi dan pencipta lagu. Teater dan Drama Sejak hijrah dari Riau ke Jakarta pada tahun 1995, Asrizal mula-mula dikenal sebagai tokoh teater buruh dengan sanggar buruh bernama Sanggar Pabrik. PEMETAANNASKAH KUNO MELAYU RIAU BERBASIS UNION CATALOG SERVER (UCS) SOCIAL LIBRARY SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PELESTARIAN NASKAH KUNO . BAB IV MENYUNTING NASKAH DAN GAMBAR . NASKAH TO-2 GEOGRAFI . Dokumenter Drama memasukkan elemen pemain dalam footage. Dokumenter Drama juga menggunakan situasi ViraYuniar, (Tanjung Pinang, Kepulauan Riau), bintang iklan, pemain sinetron Indonesia Yasin Al-Fadani , ( Mekkah , Arab Saudi ), ahli sanad hadist, pandiri Darul Ulum al-Diniyyah Yaumil Agoes Achir , ( Sabang , Aceh), kapalo BKKBN , akademisi, ahli psikologi Indonesia Sebagai“ensiklopedi berjalan khazanah seni tradisi Banjar”, tentu saja BS pun tak luput dari kelebihan dan kekurangan. Kalau seniman seni tradisi lain biasanya hanya mengandalkan improvisasi (seperti lazimnya teater tradisi), BS mampu menulis naskah -- tidak selalu naskah lengkap, seringkali dalam bentuk garis besarnya saja. AliHaji sastrawan yang pernah bermukim di Riau dan terkenal dengan Gurindam 12 Pengertian Teater dan Jenis Jenis Teater di Indonesia April 19th, 2019 - Ciri Ciri Teater Tradisional dan Jenis Jenis Teater Tradisional Nusantara 7 Unsur Teater Menurut Urutannya Secara Lengkap 5 D37UcU. Naskah Drama Sumpah Pemuda PDF Naskah Drama Tema Sumpah Pemuda PDF 78+ Contoh Naskah Teater Kontemporer 5 Orang Tolong Buatkan teks drama sumpah pemuda untuk dua orang peran lagi…? Yg udah jawab thanks – Naskah Drama Melayu Riau 6 Pemain – Delinews Tapanuli Detail Naskah Drama 5 Orang Tema Persahabatan Sumpah Pemuda, Begini Naskah Sebenarnya dan Orang-orang Terlibat di dalamnya – Top PDF Contoh Naskah Drama 20 Orang Pemain – 50 Contoh Naskah Drama Pendek Tentang Keberagaman Budaya Indonesia – Chika Ciku Contoh Naskah Drama Sumpah Pemuda Untuk 5 Orang – Residence w Contoh Drama Sekolah Contoh Drama Untuk 4 Orang – Mosaicone DOC Contoh naskah drama proklamasi untuk 10 orang Ayu Mentari – Naskah Drama Perjuangan Melawan Penjajah Beland1 PDF Contoh Naskah Drama Sumpah Pemuda Untuk 5 Orang – Deepavalir Naskah Drama Tentang Kemerdekaan 5 Orang – 3 Contoh Teks Naskah Drama Beserta Unsur Intrinsiknya Terbaru 2022 ~ Tiga Setengah Jam Sejarah Indonesia dalam Drama Khatulistiwa Dialog Tentang Persahabatan Drama Musikal Perjuangan Anak Muda Indonesia Tampil di AS Okezone Edukasi Naskah Drama Sumpah Pemuda Untuk 6 Orang – Ke Kartasura √ Contoh Naskah Drama Tragedi Komedi 4 Orang Singkat Contoh Naskah Drama PDF Tiktok Challenge Sumpah Pemuda, Kemenpora Ajak Pemuda Gelorakan Semangat Kebangsaan – Suara Merdeka Untitled Sekjen PDIP Ibu Mega Ingatkan Kader untuk Lestarikan Budaya Contoh Naskah Drama Sumpah Pemuda Untuk 5 Orang – Jalan Morin Contoh naskah-drama-20-orang-pemain Lakon Sumpah Pejuang di Hari Kemerdekaan RI, Dilema Antara Cinta Bangsa dan Kekasih Hati – Lifestyle Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 Halaman 60 61 Dampak Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 – Portal Pekalongan Contoh Drama Perpisahan Sekolah Terbaru 5 Contoh Naskah Drama 4 Orang Dan 8 Orang Singkat – Mamikos Info Naskah Drama Pendek Penerapan Sikap Toleransi dalam Hidup Sehari-Hari Halaman all – 7+ Contoh Teks Naskah Drama Pendek Persahabatan 5, 6, 7 Orang Gelar Wayang Orang, Sekjen PDIP Tekankan Pesan Megawati Soal Kebudayaan dan Kesenian Contoh-contoh Naskah Pidato Peringatan Sumpah Pemuda, Bangkitkan Semangat Jiwa Muda – Ragam Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 Halaman 83 Bacaan Peristiwa Pembacaan Teks Proklamasi – Portal Pekalongan Contoh Naskah Pidato Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-93 Tahun 2022, Tema Berkaya Demi Indonesia Raya – Konten Jateng Naskah Drama Sumpah Pemuda Untuk 4 Orang – Residence l Jejak Pemudi dalam Sumpah Pemuda – ANTARA News HARI SUMPAH PEMUDA Ini 5 Tokoh Penting dan Perannya dalam Sumpah Pemuda Okezone Nasional Bacalah naskah drama “Arloji”.2. Identifikasilah unsur-unsur intrinsik naskah tersebut disertai – 5 Film Bertema Semangat Pemuda Indonesia untuk Sambut Hari Sumpah Pemuda Cerpen Persahabatan 5 Orang – Coretan Isi Teks Sumpah Pemuda Halaman all – Contoh Naskah Drama Perasahabatan, Romantis, Singkat Lengkap 13+ Contoh Naskah Drama Komedi, Persahabatan, Cinta 5, 6, 7 Orang KUNCI JAWABAN Tema 3 Kelas 5 SD Halaman 100 101 102 105 106 Buku Tematik Pembelajaran 4 Subtema 3 – Halaman all – Mobile Contoh Teks Ceramah Singkat tentang Narkoba Halaman all – 5+ Contoh Naskah Drama 5 Orang, Percintaan, Komedi, dan Horor TEKA-TEKI SILANG B. INDONESIA TEKS DRAMA KELAS 8 MENDATAR 2. kepala karangan 5. tokoh utama dalam – 5 Fakta Tentang Hari Sumpah Pemuda – Lifestyle Webite Resmi SMAN 5 METRO Sambut Sumpah Pemuda, Kemenpora Gelar Lomba TikTok – Lingkar Madiun Buatlah Naskah Drama tema cinta tanah air atau perjuangan – Naskah Drama Sumpah Pemuda 5 Orang – Klewer a Inilah Teks atau Naskah Asli Sumpah Pemuda 28 Oktober Dilengkapi Susunan Panitia Kongres Pemuda II – Mobile Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 Halaman 75 76 Penerapan Nilai-nilai Sumpah Pemuda dan Keragaman di Indonesia – Smol Id 10 Ucapan Hari Sumpah Pemuda yang Bisa Kamu Gunakan Naskah drama 5 orang bertema persatuan – Contoh Naskah Pidato Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-93 Tema Peran Pemuda di Tengah Pandemi Covid-19’ – Konten Jateng Peristiwa Sumpah PemudaSumpah Pemuda merupakan salah satu peristiwa sejarah yang terjadi di – Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Sejarah, Teks, dan Isi Hari Sumpah Pemuda Sejarah, Tokoh, dan Makna di Baliknya ▷ Naskah Drama Sumpah Pemuda 5 Orang Semarak Sumpah Pemuda, 5 Rekomendasi Film Berkisah Perempuan Tangguh PDF WAYANG KULIT WONG KOMUNITAS LIMA GUNUNG KAJIAN TEKS DRAMA DALAM SEMIOTIKA TEATER Sejarah Sumpah Pemuda, Tekad Anak Bangsa Bersatu demi Kemerdekaan Halaman all – Pidato Bahasa Sunda Tentang Persahabatan – Coretan Materi teater-kelas-xii-semester-2 Contoh Teks Anekdot beserta Strukturnya Halaman all – Source Gambar-gambar sesuai dengan Naskah Drama Melayu Riau 5 Orang. Contoh naskah drama 5 orang lucu drama biasanya diambil dari momen yang sangat mungkin terjadi di dalam kehidupan sehari hari. Nah sebelum anda ke naskah dramanya anda bakal membahas terlebih dahulu mengenai beberapa tokoh yang terlibat di dalam drama ini. Pdf Struktur Dan Simbol Simbol Dalam Teks Drama Orang Sumber Kamus Indonesia Inggris Mafiadoccom Sumber Naskah Drama Putri Pandan Berduri Sumber Riau Wikipedia Sumber Pertanggungjawaban Dewan Juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Sumber Asian And African Studies Blog Philippines Sumber Dari segi pemainnya drama cerita rakyat yang satu ini merupakan drama untuk 9 orang pemain yang lumayan panjang. Naskah drama melayu riau 5 orang. Sementara itu yoga adalah asli anak orang kaya yang sengaja memilih hidup di jalanan karena kurangnya perhatian orang tuanya. Pemilik admin akan menyajikan sebuah contoh naskah drama pendek drama 5 orang drama 7 orang drama tentang persahabatan drama cerita rakyat drama lucu drama anak sekolah dan diakhir artikel ada bonus penayangan video. Mungkin kalau di ingat ingat lucu juga yah. 16 july 2019 sistematika karya ilmiah. Riau indonesia just a girl who wanna live and die happily lihat. Cerita rakyat ini mengisahkan kehidupan suku laut di pulau bintan kepulauan riau tersebut. Drama tidak bersifat fiksi contohnya cerita cerita yang terdapat dalam novel sebagainya. Pokoknya ini wktu tu dibikin utk ambil nilai drama mata plajaran arab melayu di pkanbaru 5 mei 2015 2121 lailita nurrahmi putri mengatakan. Namun dalam drama ini mungkin ada perubahan atau penyesuaian cerita agar lebih mantap jika dipentaskan. Yoga memiliki teman satu geng yang bernasip sama dengannya. 16 july 2019 unsur unsur pembangun dalam puisi. Contoh teks naskah drama persahabatan 5 orang dalam bahasa indonesia merupakan dialog yang bertemakan pertemanan atau persahabatan 5 orang teman atau kawan. Naskah drama melayu 8 pemain label. Mulai dari contoh naskah drama komedi contoh naskah drama pendek contoh naskah drama persahabatan contoh naskah drama lucu contoh naskah drama cerita rakyat contoh naskah drama 6 orang contoh naskah drama 5 orang contoh naskah drama musikal contoh naskah drama cinderella contoh naskah drama timun mas dll. Mulai dari naskah drama komedi naskah drama persahabatan naskah drama pendidikan naskah drama kehidupan sehari hari naskah drama cerita rakyat naskah drama bahasa jawa dan naskah drama di sekolah. Perlu diketahui apa sih naskah drama itu. Ciri ciri dan unsur sastra melayu klasik dan contohnya. Nah dalam artikel ini kita akan coba mengulas tentang berbagai macam naskah drama. Yoga juga memilih mengamen tapi ia bukan berada di daerah a sehingga tidak harus setor uang. Cerita rakyat yang dicari ini seyogyanya bisa kita gunakan untuk referensi atau bahan dalam menyusun naskah drama untuk pementasan. Kumpulan cerita rakyat tokoh 5 orang tugas sekolah kali ini akan membuat satu pembahasan baru mengenai masalah cerita rakyat yaitu khususnya tentang cerita rakyat yang diperankan oleh 5 orang tokoh atau pemain. Itulah yang dapat kami bagikan terkait naskah drama melayu riau 5 orang. Admin dari blog Berbagai Naskah 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait naskah drama melayu riau 5 orang dibawah ini. Riau Wikipedia Sumber Riau Wikipedia Sumber Leden 2012 Archiv Verizon Outgoing Caller Id Wrong On Sumber Riau Wikiwand Sumber Doc Analisis Petang Di Taman Reysard Tambajong Academiaedu Sumber Naskah Drama Bawang Merah Dan Bawang Putih Naskah Drama Sumber Haluanriau 2015 11 24 Sumber Contoh Naskah Drama 3 Orang Contoh Naskah Drama 3 Orang Sumber Mak Yong Seni Panggung Melayu Berusia 2 Abad Pesona Indonesia Sumber Analisis Semiotik Naskah Drama Pdf Free Download Sumber Proceedings The 4th International Seminar On Social Studies Sumber Biblio Asia National Library Singapore Sumber Gandeng Pelaku Seni Dari 4 Negara Siapkan Pertunjukan Drama Sumber Asian And African Studies Blog Philippines Sumber Rangkuman Tata Bahasa Indonesia K546e6wz9wl8 Sumber Begitulah informasi yang bisa kami uraikan mengenai naskah drama melayu riau 5 orang. Terima kasih telah berkunjung ke blog Berbagai Naskah 2019. Buka website sumber untuk pembahasan lengkapnya. 20 Nopember 2010 115223 Oleh Soemantri SastrosuwondhoPenulis memaparkan tentang salah satu bentuk pertunjukan tradisional Melayu, yaitu teater Makyong. Bentuk teater yang lama dimunculkan kembali melalui bengkel kerja pada awal tahun 1980. Kelompok teater yang dipakai sebagai pilot proyek adalah kelompok teater Makyong Mantang Arang dari SPG Negeri Tanjungpinang. Menurut penulis, bengkel kerja itu hendaknya berkesinambungan dan dilanjutkan dengan studi untuk membandingkan berbagai bentuk teater Makyong yang dikenal dalam kehidupan orang PendahuluanJudul yang ditentukan oleh Direktur Sejarah dan Nilai Tradisional untuk makalah ini ialah “Teater Melayu dan Perkembangannya”. Penggantian judul didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu penulis belum pernah melakukan penelitian terhadap seluruh teater Melayu yang ada atau yang pernah ada. Kedua, masalah teater Melayu secara menyeluruh sudah pernah dibahas dalam makalah Pertemuan Budaya Melayu Provinsi Riau di Pekanbaru pada tanggal 31 Januari sampai dengan 2 Februari 1985, dan ketiga, penelitian tentang teater Melayu yang pernah penulis lakukan hanya tentang teater berpendapat bahwa yang diperlukan oleh teater Melayu, terutama teater Makyong ialah tindakan yang konkret dan tepat untuk menyelamatkannya dari kepunahan. Khusus mengenai teater Makyong, upaya yang telah penulis lakukan diawali dengan penelitian pada tahun 1975 dan 1976 yang dilanjutkan dengan membuat workshop guna revitalisasi teater Makyong Di RiauAda berbagai pendapat mengenai asal usul Makyong di Kepulauan Riau, antara lain pendapat hasil rumusan Diskusi Teater Tradisional yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta bersama Direktorat Pembinaan Kesenian pada tanggal 13 Desember 1975. Dari pendapat itu tidak dapat diketahui dengan pasti kapan Makyong sampai ke Riau, karena Makyong berkembang menurut situasi dan kondisi setempat, dan akhirnya menjadi sebuah pertunjukan yang mendarah daging bagi penduduk setempat. Sebuah sumber mengemukakan bahwa Makyong sudah sampai ke Malaka dan Siak pada tahun 1920. Padahal berdasarkan keterangan yang dikemukakan orang-orang tua di Mantang tempat teater ini berkembang pesat di Kepulauan Riau disimpulkan bahwa Makyong telah ada di Riau hampir seabad yang lalu. Kalau hal ini benar, maka Makyong lebih dulu sampai ke Riau, baru ke Sumatera Utara, yang tercatat terjadi pada tahun 1896 pada saat Kerajaan Serdang diperintah Sultan seorang pun tahu dengan pasti arti kata Makyong. Namun, masyarakat luas tahu bahwa Makyong merupakan nama sebuah pertunjukan atau teater yang pernah populer di Malaysia. Bagi orang Riau masa kini, Makyong hanya sebuah kenangan atau cerita tentang teater yang sangat terkenal. Mubin Sheppard yang dianggap paling paham tentang seluk-beluk Makyong di Malaysia juga tidak tahu secara pasti arti kata Makyong. Dia mengemukakan bahwa Makyong berasal dari kata Ma Hiang atau the Mother Spirit. Yang jelas Makyong dikenal sebagai nama sebuah bentuk teater dan nama salah seorang tokoh utama dalam lakon Makyong pernah berjaya di Riau. Teater ini tidak saja hidup di tengah masyarakat, tetapi juga merupakan kekayaan budaya istana. Di Kepulauan Riau masa lalu, Makyong ditemukan di dua tempat, yaitu di Tanah Merah dan di Mantang Arang. Menurut seorang pembina teater, dulu ada beberapa kelompok Makyong, yaitu delapan kelompok di Mantang Arang yang masing-masing dipimpin oleh Hasan, Ni Poso, Tongkong, Botak, Ungu Mayang, Awang, Begoh, Khalid; di Tanah Merah dipimpin oleh Embak Tanah Merah; di Rempang dan Sembulang dipimpin oleh Niah; dua kelompok di Kasu masing-masing dipimpin oleh Minah Kekap dan Mat Darus; dan di Dompak dipimpin oleh Emak yang masih ada hingga sekarang hanya Makyong Mantang Arang yang dipimpin oleh Khalid. Sebagian besar anggota kelompok ini sudah berusia lebih dari setengah abad. Bahkan anggota tertua berusia lebih dari delapan puluh tahun pada tahun 1989. Penduduk Mantang Arang sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan. Mereka tidak tinggal di Pulau Mantang yang hanya terdiri dari sebelas rumah itu. Pada hari-hari besar tertentu seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulud Nabi mereka baru beramairamai pulang ke Pementasan MakyongSeperti juga teater rakyat tradisional lainnya, pementasan Makyong tidak menuntut set properti, dekorasi, atau layar untuk pergantian babak. Bila Makyong dipentaskan di lapangan terbuka, tempat pentas harus diberi atap yang menggunakan bubungan dengan enam buah tiang penyangga. Pada kayu yang melintang dihiasi daun kelapa muda. Bila dimainkan di istana, Makyong dipentaskan di panggung beton berbentuk segi Ketua Panjak yang disebut Bomo mendapatkan tempat yang tepat untuk pertunjukan Makyong, ia harus melakukan serangkaian upacara sebelum pementasan dilakukan. Mula-mula dilaksanakan upacara mengasap alat-alat yang terdiri dari sebuah gendang penganak, sebuah gendang pengibu, dua buah tawak-tawak atau gong, dua buah mong atau kromong, sebuah geduk-geduk, sebuah canang, sebuah serunai, dan sebuah rebab. Upacara mengasap dilanjutkan pada alat-alat bermain properti lainnya, termasuk canggai kuku-kuku palsu yang panjang.Upacara selanjutnya disebut buang bahasa atau buka tanah dengan menanam sebutir telur ayam, segenggam beras basuh, segenggam beras kuning, bertih, sirih sekapur, dan sebatang rokok daun nipah. Setelah sang Bomo memerintahkan pembantunya menanam benda-benda tersebut, ia mulai menaburkan bertih dan beras basuh ke sekeliling tempat bermain, sambil membaca serapah atau mantra yang diiringi bunyi musik berirama magis. Serapah tersebut berbunyiAssalamualaikumWaalaikumsalamTabik orang di lautTabik orang di daratAku nak membubuh parasdan tanda di siniAku minta tanah yang baikBismillahirrahmanirrahimBam tanah Jembalang tanahAku tahu asal engkauMulai menjadi bintang timurBerundurlah engkau dari siniJangan engkau menghalangPekerjaan aku di siniHuh !Setelah itu Bomo menekankan ujung jarinya ke langit-langit mulutnya, kemudian menekankan jari itu pada tanah. Selama upacara berlangsung, para pelakon/pemain duduk berderet di depan pemain musik. Begitu Bomo selesai mengadakan upacara buka tanah atau buang bahasa, para pemain segera mengambil satu atau dua butir bertih dan beras basuh yang ditaburkan sang Bomo untuk dikunyah, dengan maksud agar lakon mereka Makyong pun dimulai. Dengan diiringi musik, seorang pemain wanita berpakaian lelaki yang memerankan Pakyong atau Cikwang berdiri. Dia bertelekan pada kedua lutut dan perlahan-lahan berdiri sambil menyanyikan lagu “Betabik”. Nyanyian Pakyong disambut oleh para pemain wanita yang memerankan inang dan dayang. Mereka berdiri, kemudian ikut menari dan menyanyi bersama Pakyong. Setelah selesai membawakan lagu Betabik, para dayang dan inang duduk kembali. Pakyong yang masih berdiri di tengah area pertunjukan segera memanggil Si Awang atau Peran. Di sudut lokasi itu Awang atau Peran menyahut panggilan Pakyong sambil memantrai topeng yang sedang dipegangnya. Topeng dipakai dan ia pun mendekati Pakyong dengan gerakan teatral khas Makyong, yaitu melenggang dengan tangan bergetar. Dalam teater Makyong, Awang atau Peran merupakan pemain yang amat penting. Dia menjadi pelawak, pengiring raja, pengiring anak raja pangeran, dan kadang-kadang juga disebut Pakyong babak atau adegan dalam teater Makyong ditandai dengan nyanyian dan dialog yang diucapkan para pemain atau dengan duduk dan berdirinya para pemain di pinggir ruang pertunjukan, sedangkan pertukaran peran dilakukan dengan menukar topeng yang dikenakan pemain. Seorang pemain boleh membawakan lebih dari satu peran, bahkan tiga atau empat peran dengan cara menukar pertunjukan Makyong agak lamban. Cerita dapat bersambung terus selama lima malam, kadang-kadang sampai tujuh malam. Pertunjukan biasanya dimulai setelah Isya dan berakhir menjelang Cerita MakyongCerita yang disajikan dalam pementasan Makyong sebagian besar sudah dikenal secara luas, karena cerita dalam Makyong berasal dari folktale atau warisan dari tukang cerita istana. Tidak ada peninggalan tertulis tentang lakon Makyong. Semua lakon ditularkan melalui tradisi lisan. Di antara cerita-cerita Makyong yang sangat terkenal ialah Tuan Putri Ratna Emas, Nenek Gajah dan Daru, Cerita Gondang, Wak Peran Hutan, Gunung Intan, Dewa Muda, Dewa Indra Dewa, Megat Muda, Megat Sakti, Megat Kiwi, Bungsu Sakti, Putri Timun Muda, Raja Muda Laleng, Raja Tingkai Hati, Raja Dua Serupa, Raja Muda Lembek, dan Gading Betimbang. Kadang-kadang juga dipentaskan cerita yang berasal dari Mahabarata, Ramayana, cerita Panji, dan Pagarruyung. Cerita dan bahan yang disebut terakhir sudah beda jauh dari aslinya, sehingga hanya dapat dikenal dari bingkai atau polanya saja. Sebagai contoh adalah cerita Koripan yang berasal dari cerita dalam pewayangan wayang purwa dikenal cerita-cerita yang tabu dipentaskan tanpa sesaji atau semah dan upacara khusus, Makyong pun memiliki ceritera seperti itu, yaitu lakon Nenek Gajah dan Daru. Cerita ini mengisahkan tentang seekor hewan mitologis Melayu bernama Gajah Mina di Pusat Tasik Pauh Janggi yang bertempur dengan bermacam-macam ular dan naga. Anggota kelompok Makyong dan masyarakat di sekitar Mantang Arang percaya bahwa jika cerita ini dipentaskan tanpa semah dan upacara tertentu, hal itu akan mendatangkan badai pertunjukan Makyong terdiri dari Pakyong atau Raja, Pakyong Muda atau Pangeran, Makyong atau Permaisuri yang disebut juga Mak Senik, Putri Makyong atau Putri Raja, Awang Pengasuh atau pelayan raja yang berjumlah lebih dari satu orang, Orang tua, Dewa, Jin dan Raksasa, dan para Pembatak. Peran-peran wanita ialah Makyong, Putri, Inang, dan Dayang. Pakyong merupakan tokoh pria, namun dibawakan oleh wanita. Peran-peran seperti Awang, Mak Perambun, Wak Petanda Raja, Wak Nujum, Dewa, Jin, Pembatak, dan Raksasa dibawakan oleh Musik, Tari, Dan NyanyiDalam teater Makyong dikenal lagu Tabuh, Betabik, Awang Nak Bejalan, Selendang Awang, Colak Adik Hitam, Sedayung Makyong, Gendang Tinggi, Jalan Masuk, Mengulit Kasih, Cik Poi, Lenggang Tanduk, Cik Milik, Lagu Rancak, Bunga Kuning, Timang Welo, Lagu Sabuk, Gemalai Lagu Kelantan, dan Ikan Kekek yang diringi dengan alat-alat musik. Lagu-lagu ini dibawakan dengan tari dan dengan atau tanpa lirik. Dalam pertunjukan Makyong, para pelakon/pemain berjalan dengan gerak tari sederhana. Gerakan yang sederhana itu menggambarkan watak para pelakon. Misalnya seorang wanita pemeran Pakyong harus memperlihatkan gerakan yang cekatan untuk menggambarkan bahwa dirinya seorang perbedaan gerakan pria dan wanita ialah dalam cara duduk. Duduk bersila, berlipat lutut peria, dan bersimpuh bertimpuh merupakan cara duduk untuk wanita. Duduk dengan menegakkan lutut merupakan cara duduk untuk pria dan wanita. Gerakan-gerakan lain dalam pertunjukan Makyong ialah ketika berdiri tegak merendah, bersilang kaki, berputar di tempat, beringsut setengah lingkaran ke kiri dan ke kanan, dan bergeser sejajar dengan lingkaran. Ketika melangkah dikenal gerakan langkah berjalan, melenggang, langkah terhenti, langkah tari, langkah segi tiga atau mengubah arah, langkah segi empat, langkah mengejar, dan bergegas. Gerakan yang dipakai untuk tangan yaitu lenggang berjalan untuk pria, lenggang berjalan untuk Mak Inang, sembah pembuka, gerak tari pembuka ketika duduk dan berdiri, gerak tari sabuk kiri dan kanan, gerak tari asyik, gerak tari ular sawah, gerak tari mabuk, gerak tangan sebelah ketika berundur, gerak tari tanduk, gerak kecipung, gerak senandung jamak, dan gerak tari yang terdapat dalam teater Makyong yaitu tari pembukaan yang disebut Betabik, tari berjalan jauh atau dekat, tari ragam atau tari gembira, dan tari perang atau gerak silat. Tari hiburan yang dilakukan oleh inang dan dayang berupa tari Inai, yaitu tari untuk upacara perkawinan dan tari Bersenang Hati di Taman, yaitu tari untuk menghibur tuan Tata Busana, Topeng, Dan PropertiTata busana dalam teater Makyong adalah sebagai berikut. Pertama, tokoh Pakyong atau Pakyong Tua memakai baju berlengan pendek, berseluar bercelana, berdagang luar kain samping, celemek alas dada atau elau berhias manik-manik, tanjak berhias manikmanik, selampai, bengkung, pending, sabuk, keris, dan tongkat berbelah tujuh, serta canggai di jari-jarinya. Warna pakaiannya dipilih yang hitam atau warna gelap tokoh Pakyong Muda mengenakan pakaian seperti Pakyong Tua dengan warna muda atau cerah. Kain samping yang disebut dagang luar dipakai sedikit di atas lutut atau lebih singkat dari yang dipakai Pakyong Tua. Ketiga, tokoh Makyong memakai kebaya panjang dari bahan yang mengkilap, selendang bersulam keemasan, pending menindih selendang, dan memakai mahkota di tokoh Putri Makyong hampir sama pakaiannya dengan pakaian Makyong, tetapi warnanya lebih muda atau tokoh Awang memakai kaos oblong putih atau gunting cina, warna seluarnya boleh berbeda dengan bajunya, berdagang luar kain pelekat, dengan atau tanpa ikat tokoh Mak Inang Pengasuh memakai baju kurung pendek, kain sarung, dan selendang yang diikat di dada. Ketujuh, tokoh Dayang-dayang memakai pakaian seperti Putri Makyong dengan bahan dan warna yang lebih sederhana. Kedelapan, tokoh Tata busana untuk pemeran Jin, Raksasa, Pembatak, Wan Perambun, dan lain-lain cukup dengan pakaian rakyat setempat, seperti teluk belanga atau memakai kaos oblong seperti si tokoh yang dimainkan oleh pria memakai topeng yang disesuaikan dengan wataknya. Khusus untuk Mak Inang Pengasuh, peran dipegang oleh seorang pria yang memakai topeng putih dan bersanggul. Topeng juga dikenakan oleh pemeran hewan seperti harimau, gajah, garuda, burung, ular, naga, ikan, dan yang biasa digunakan dalam pertunjukan Makyong ialah topeng Datuk Betara Guru atau Wak Petela Guru, Wak Petala Siu guru si raja jin, Awang Pengasuh, Wak Petanda Raja punggawa, Inang Tua, Apek atau Cina Tua, Mamak atau rakyat, Wak Perambun, Jin Kafri Gangga, dan Pembatak. Topeng yang masih dimiliki kelompok Makyong Mantang Arang ialah topeng Datuk Betara Guru berwarna putih, topeng Wak Perambun berwarna hijau, topeng Wak Petanda Raja berwarna merah, dan topeng Jin Kafri Gangga. Semua topeng tersebut dapat digunakan dalam berbagai cerita dalam pementasan Makyong tidak disiapkan secara khusus, kecuali sebuah bilai yang dibuat dari bambu yang dibelah tujuh. Bilai ini selalu dibawa oleh raja Pakyong dan pangeran Pakyong Muda yang digunakan untuk memukul Awang pengasuh bila terlambat datang ketika dipanggil atau ketika Awang mengkritik dengan tajam. Properti lainnya ialah sepotong kayu bengkok yang dipakai Awang untuk menarik leher teman bermainnya yang cerita dalam pertunjukan Makyong menghendaki adanya barang berupa layang-layang ajaib, salah seorang pemain dengan cepat melepaskan ikat kepalanya dan diikatkan pada ujung tongkat sehingga penonton sudah dapat membayangkan itu sebagai layang-layang ajaib. Demikian pula untuk menggambarkan tongkat sakti, geliga bertuah, dan Tanda Musnahnya Makyong Di RiauDari pengamatan pertunjukan Makyong, baik yang dimainkan di Mantang Arang maupun yang dimainkan di Jakarta, terlihat beberapa faktor yang menunjukkan tanda akan musnahnya teater Makyong di Riau. Hal ini juga dikemukakan beberapa pengamat budaya yang banyak mengetahui tentang Makyong atau teater semacam ini. Faktor-faktor tersebut ialah usia para pendukung pertunjukan dan langkanya kesempatan pentas, karena jenis teater ini dipandang kurang diminati masyarakat. Berkaitan dengan kedua faktor tersebut, kelompok Makyong satu-satunya di Riau ini sudah berada di tepi jurang kemusnahan. Mereka kesulitan mendapatkan pakaian dan segala macam peralatan penunjang pertunjukan Makyong. Para pemain musik yang berpengalaman juga sudah amat mengetahui sejauh mana perhatian masyarakat di Mantang Arang, Tanjungpinang, dan Jakarta terhadap teater Makyong, penulis menyiapkan sepuluh pertanyaan yang digunakan sebagai interview guide di Tanjungpinang dan Mantang Arang dengan sepuluh responden yang terdiri dari anak-anak Penulis juga melakukan wawancara tidak langsung terhadap orang-orang yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Riau sekarang Provinsi Kepulauan Riau, ed yang menetap di Jakarta. Kesimpulan yang dapat dipetik dari hasil penelitian dengan menggunakan interview guide ini ialah Makyong masih dikenal di Tanjungpinang dan Mantang Arang; para penontonnya lebih suka datang ke tempat pertunjukan diselenggarakan; sebab-sebab Makyong jarang dipentaskan adalah karena adanya hiburan lain yang lebih menarik, seperti joged/ronggeng; pementasan Makyong dalam acara hajatan tidak pernah dilakukan lagi karena tarifnya terlalu mahal. Makyong bisa dipopulerkan kembali dengan memperbaiki cara pementasannya, misalnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu sehari-hari yang mudah dimengerti; pakaian harus diperindah; menyertakan para pemain yang lebih muda regenerasi; cerita harus diperbaharui, begitu pula cara pementasannya hendaknya disesuaikan dengan selera publik masa tidak langsung yang dilakukan terhadap responden dari Riau Kepulauan yang menetap di Jakarta membuahkan kesimpulan yang sama. Kesimpulan yang didapat dari pengamatan pementasan Makyong dan kesimpulan dari jawaban para responden di daerah penelitian Tanjungpinang, Mantang Arang, dan Jakarta memperkuat niat penulis untuk melakukan revitalisasi teater Makyong Riau melalui sebuah Workshop Untuk Revitalisasi Teater MakyongLaporan penelitian mengenai Makyong setebal 180 halaman yang telah penulis buat juga dilengkapi dengan sebuah usulan proyek “Revitalisasi Makyong Riau di Tanjungpinang”. Langkah-langkah revitalisasi tersebut berupaa. Pengajuan Proposal WorkshopProposal yang disampaikan kepada Bapak Gubernur Kepala Daerah Riau adalah sebagai Belakang MasalahUpaya yang dapat dilakukan adalah mengusahakan agar pementasan Makyong bisa berkomunikasi dengan publik masa kini, tidak saja di Kepenghuluan Mantang Arang, namun juga di seluruh Provinsi Riau. Untuk itu cara yang dapat ditempuh adalah 1 melakukan regenerasi para pemain Makyong; 2 mempersingkat waktu pementasan, dari semalam penuh menjadi kurang lebih dua jam; 3 menghidangkan cerita yang bisa dimengerti dan mampu berkomunikasi dengan publik masa kini, namun tetap bersumber pada perbendaharaan budaya ini bisa dilakukan dalam sebuah workshop. Taraf pertama, para pemain senior akan berbaur dengan para pemain yunior yang akan melanjutkan teater Makyong. Dalam workshop ini para pemain muda akan mendapat kesempatan menimba kepandaian dan pengalaman dari pemain Penyelenggaraan Workshop Melakukan pewarisan kemampuan para pelaku Makyong yang saat ini sudah berusia di atas setengah abad, bahkan ada yang sudah berusia 80 tahun, kepada anak-anak muda yang terdiri dari pelajar SPG Negeri Tanjungpinang dan para seniman teater yang ada di kota tersebut. Mengolah sebuah pertunjukan Makyong baru yang didukung oleh anak-anak muda dan mampu berkomunikasi dengan publik masa kini dengan tetap mempertahankanciri-ciri/konvensinya. Mengikutsertakan para pelajar SPG Tanjungpinang dalam workshop Makyong dengan maksud agar bila mereka kelak kembali ke daerah masing-masing ataupun bertugas di daerah lain di Provinsi Riau dan menjalankan tugasnya sebagai guru, kesenian Makyong tersebut dapat diajarkan kepada anak didiknya. Dengan cara demikian mudah-mudahan Makyong mempunyai penerus. Mengikutsertakan peserta dari Pekanbaru dengan maksud agar Makyong dapat dikembangkan di ibu kota provinsi. Cara PenggarapanWorkshop Makyong akan ditangani oleh sebuah tim yang terdiri dari seorang pengarah/sutradara/penyusun cerita, penata tari, penata lagu/komposer, penari pria, dan penari tim ini dipilih dari orang yang sudah berpengalaman dalam menangani workshop atau semacam workshop teater tradisional di Jakarta dan Pekanbaru. Mereka ini akan menjadi penata tari dan instruktur bagi para pelaku/penari muda di kegiatan yang perlu dilakukan adalah 1 Tahap I Tahap ObservasiSebelum terjun ke lapangan, tim akan melaksanakan observasi tentang Makyong lewat film yang dibuat oleh Direktorat Kesenian, disertai dengan penjelasan-penjelasan dari ketua tim. Penata tari dari Jakarta melakukan observasi terhadap pementasan Makyong di Jakarta. Berdasarkan observasi tersebut, penata tari mulai menyusun koreografi untuk Makyong yang akan dilatihkan di workshop dengan menggunakan naskah cerita yang sengaja disusun untuk keperluan tersebut. Sementara itu, sebagian anggota tim menyusun lagu-lagu berdasarkan rekaman Makyong yang tersimpan di Dewan Kesenian Jakarta. Cerita yang akan digarap dalam workshop Makyong ini adalah cerita Lancang Kuning, yaitu sebuah cerita rakyat Riau Bukit Batu, Siak2. Dasar pertimbangan pemilihan cerita tersebut adalah Lancang Kuning merupakan lakon klasik yang disenangi setiap publik. Temanya amat dekat dengan kehidupan seharihari, yaitu tentang persaingan, kedengkian, dan iri hati. Selain itu persoalan yang dikemukakan dalam Lancang Kuning masih relevan dengan kehidupan publik masa Tahap II Menonton PementasanSebelum workshop, anak-anak muda siswa SPG Tanjungpinang, seluruh anggota tim, dan para penari muda harus menyaksikan pementasan Makyong di lingkungan etniknya Mantang Arang, sedikitnya sekali. Setelah menyaksikan pementasan tersebut, kemungkinan besar segala sesuatu yang telah disusun di Jakarta akan mengalami perubahan dan penyesuaian. Dalam kesempatan ini juga dilakukan perekaman lagu-lagu Makyong yang mungkin akan diperluas untuk sarana latihan dalam Tahap III Tahap LatihanWorkshop yang sesungguhnya dimulai. Beberapa orang pemain penting Makyong, seperti Pakyong, Makyong, Wakyong, Tuan Putri, dan para pemusik dibawa ke workshop di Tanjungpinang. Dalam taraf awal, latihan dilakukan secara terpisah, seperti cerita dengan dialog, dan tari dengan nyanyi. Kemudian seluruh latihan dilakukan dalam satu kesatuan. Latihan terus dilakukan sampai para pemain siap untuk melakukan pementasan. Setiap beberapa hari sekali diadakan diskusi Tahap IV Tahap General RehearsalGeneral rehearsal merupakan kesempatan bagi tim untuk melakukan penilaian terhadap hasil garapan. Setelah general rehearsal, dilakukan diskusi antartim untuk penyempurnaan sampai pementasan perdana yang diselenggarakan di Tanjungpinang. Pementasan per-dana diselenggarakan untuk undangan terbatas dan sehari kemudian disusul dengan pementasan terbuka untuk Tahap VBeberapa hari kemudian dilakukan pementasan di ibukota provinsi untuk undangan dan umum, dengan mengundang seniman, budayawan, dan pers untuk mendapatkan penilaian. Proposal yang disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Riau tersebut mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan dengan dukungan biaya dari APBD Provinsi Riau tahun anggaran 1979/ Pelaksanaan Workshop Teater MakyongSemula Proyek Revitalisasi Teater Makyong ini akan dibiayai oleh pihak Pemerintah Daerah Provinsi Riau dan pihak LPKJ sebagai pelaksana proyek, yang akan mengumpulkan dana dari beberapa sponsor. Sampai menjelang pelaksanaan workshop, dana yang diharapkan dari pihak sponsor tidak berhasil dikumpulkan. Akhirnya pihak pelaksana tetap melaksanakan kegiatan tersebut dengan dana yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Riau. Dalam keadaan demikian banyak rencana kegiatan dan jumlah personalia yang harus diciutkan dan disesuaikan dengan dana yang ada. Anggota tim dari Jakarta yang berjumlah delapan orang yang bisa didatangkan ke Tanjungpinang hanya lima orang. Tenaga dokumentasi audio visual dan kegiatannya dibatalkan. Kegiatan dokumentasi dilakukan secara sederhana, yaitu berupa stil photo dan rekaman kaset. Pelaksanaannya pun tidak dilakukan secara profesional. Anggota tim dari Pekanbaru yang dalam rencana semula berjumlah empat orang hanya bisa dihadirkan dua orang. Terlepas dari masalah dana, anggota tim yang terdiri dari penari dan pelatih tari dari Tanjungpinang sendiri tidak dapat ikut serta menurut panitia setempat mereka ternyata sudah pindah dari Tanjungpinang, padahal keikutsertaan mereka amat diperlukan untuk kelangsungan pembinaan Makyong di dengan biaya serba terbatas, berkat bantuan pemerintah setempat, panitia, dan para pengajar SPG Negeri Tanjungpinang, terutama Bapak Kepala SPG Tanjungpinang yang diikuti oleh semangat para peserta workshop yang terdiri dari siswa SPG, kegiatan itu berjalan dengan lancar. Workshop dimulai tanggal 17 Februari 1980 dan berakhir pada tanggal 14 Maret 1980 dengan pementasan Makyong hasil garapan workshop, bertempat di SPG Negeri Tanjungpinang. Secara kronologis kegiatan workshop tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal 17 Februari 1980 pukul anggota tim pelaksana Proyek Revitalisasi Teater Makyong tiba di Tanjungpinang. Siangnya anggota tim dari Pekanbaru datang. Pukul diadakan pertemuan dengan para pengajar SPG Negeri Tanjungpinang dan para calon peserta workshop yang terdiri dari para siswa SPG Negeri Tanjungpinang. Kemudian dilanjutkan dengan seleksi calon peserta workshop. Tanggal 18 Februari 1980 pukul seluruh peserta workshop berangkat ke Mantang Arang dengan menggunakan kapal motor milik Pemda Kabupaten Kepulauan Riau. Malam harinya seluruh peserta workshop menyaksikan pementasan Makyong, agar mereka mendapat gambaran yang jelas tentang Makyong. Tanggal 19 Februari 1980 pukul seluruh peserta workshop pulang ke Tanjungpinang. Tanggal 20 Februari 1980 pukul dilakukan penentuan casting peserta workshop yang terdiri dari pelajar SPG Negeri Tanjungpinang sesuai dengan peran yang ada dalam cerita Lancang Kuning. Malamnya, pukul dilakukan workshop dengan pelaku dan pemusik Makyong yang didatangkan dari Mantang Arang dan Kijang, diikuti oleh anggota tim. Tanggal 21 Februari 1980 dilanjutkan workshop dengan pelaku dan pemusik Makyong. Pukul workshop dengan siswa SPG Negeri Tanjungpinang, diawali dengan pembacaan naskah untuk memahami watak dan alur cerita. Kemudian dilanjutkan dengan latihan tari. Pukul dilakukan perekaman musik Makyong di RRI Tanjungpinang. Hasil rekaman selanjutnya akan digunakan untuk iringan latihan da-lam workshop. Tanggal 22 Februari 1980 pukul diadakan workshop dengan siswa SPG Negeri Tanjungpinang. Dalam workshop dilakukan latihan peran dan tari yang berhubungan dengan cerita, yang dilakukan secara bergiliran. Tanggal 23 Februari 1980 pukul para pemain/pemeran dan pemusik Makyong pulang ke Mantang Arang/Kijang. Pukul diadakan workshop dengan peserta siswa SPG berupa latihan peran dan tari secara terpisah bergilir. Setelah workshop berlangsung sepuluh hari, latihan dilakukan secara terpadu. Para peserta mulai latihan berlakon/berperan menggunakan gerak tari. Lagu-lagu yang akan dibawakan dalam pementasan juga sudah mulai diberikan kepada para peserta. Latihan berjalan sampai tanggal 2 Maret 1980. Tanggal 3 Maret 1980 pukul diadakan latihan terpadu dengan menggunakan iringan musik yang dimainkan oleh para pemusik Makyong yang didatangkan dari Mantang Arang. Latihan terpadu ini berlangsung sampai general rehearsal. Saat itu juga dilakukan latihan vokal dan olah tubuh. Tanggal 13 Maret 1980 pukul general rehearsal Tanggal 14 Maret 1980 pukul diadakan pementasan di Aula SPG Tanjungpinang. Rencananya, pada tanggal 15 Maret 1980 akan diselenggarakan diskusi dengan seniman dan budayawan setempat, oleh karena suatu hal, diskusi tidak jadi dilaksanakan. Rencana untuk membawa Makyong hasil workshop ke Pekanbaru ditunda karena gubernur sedang tidak berada di workshop teater Makyong, para pelaku/pemain tidak dibenarkan menghafalkan dialog, walaupun tersedia naskah dengan susunan dialog yang lengkap. Naskah hanya disediakan untuk mempelajari watak tokoh, alur cerita, dan suasana cerita. Setelah pelaku mengenal tokoh dari naskah yang dibaca dan dengan bantuan sutradara, para pelaku dirangsang untuk melahirkan dialog sendiri. Setelah latihan berjalan semakin intensif, dialog yang diucapkan oleh para pelaku terasa matang dan semakin mantap. Dialog yang diucapkan oleh para pelaku amat berbeda dengan dialog yang tersedia dalam naskah. Dialog yang diucapkan selalu mengena. Menjelang pementasan, terlihat bahwa dalam mengucapkan dialog pelaku seolah mengucapkan kalimatnya sendiri dalam kehidupan disusun di ruang workshop oleh para pelatih di hadapan para pemain untuk kemudian langsung dilatihkan kepada para pemain. Pola-pola geraknya adalah pola gerak yang terdapat dalam Makyong, dan sama sekali tidak diberikan gerak-gerak baru yang dibawa dari Jakarta. Adegan yang terlihat baru bagi masyarakat setempat adalah adegan perang di laut dengan menggunakan perahu antara Panglima Dalam dengan Saloatang. Perahu diwujudkan dalam bentuk tari dengan dasar gerak yang ada pada yang digunakan dalam latihan adalah lagu-lagu yang biasa dijumpai dalam pementasan Makyong, antara lain Betabik, Awang Bejalan, Jalan Masuk, Cik Ooi, Bunga Kuning, Gemalai, Gendang Tinggi, Lagub Rancak, Lenggang Tanduk, Timang Welo, Adik Itam, Colak, Lagu Sabuk/Kecapak, dan Ratap. Lagunya tidak berubah, namun liriknya mengalami perubahan sesuai dengan minggu menjelang pementasan, rancangan busana untuk pelaku dibuat oleh penanggung jawab busana, berdasarkan petunjuk dari para pemain Makyong. Pemotongan dan penjahitan pakaian dilakukan oleh anggota keluarga Bapak Sayed Husin, seorang pembina Makyong di Tanjungpinang. Jahitan-jahitan yang mudah, dikerjakan oleh para siswa SPG. Seluruh kegiatan diikuti sesuai dengan pelajaran rutin di sekolah. Para siswa yang tidak ikut sebagai pelaku/pemain mulai membenahi pentas di bawah pimpinan salah seorang pengajar SPG. Dalam workshop ini mereka tidak hanya mendapatkan latihan mengenai cara bermain di atas pentas, tetapi juga mendapat latihan mengenai seluk-beluk yang berkaitan dengan pergelaran Makyong dilakukan di atas pentas. Semula pergelaran Makyong hasil garapan workshop ini akan dipentaskan di lapangan terbuka dengan mengambil tempat di gelanggang olahraga, akan tetapi tidak jadi, karena saat workshop, hujan turun di Tanjungpinang. Akhirnya diputuskan, pementasan Makyong diselenggarakan di aula SPG Negeri Tanjungpinang. Di aula ini pun semula pementasan akan dilakukan secara tetapi kembali tidak jadi karena akan banyak penonton yang tidak dapat melihat pertunjukan dengan jelas akibat tertutup penonton lain yang ada di depan. Pementasan kemudian dilaksanakan di atas pentas konvensional. Pemain bermain di atas panggung dengan penonton yang berada di auditorium dari satu tidak diawali dengan upacara buka tanah, akan tetapi sehari sebelum menjelang general rehearsal diadakan pembacaan doa selamat dengan hidangan pulut kuning. Secara singkat susunan adegan dalam pementasan adalah sebagai berikut. Panggung kosong, yang ada di pentas sebelah kanan dan kiri adalah para pemain musik Makyong. Kemudian terdengar lagu Tabuh. Sementara itu para pelaku dari kedua pentas, masing-masing mengambil tempat di muka backdrop latar belakang. Disusul adegan betabik yang dilakukan oleh Pakyong atau Cikwang. Adegan ini merupakan semacam penghormatan kepada para pemuka masyarakat dan para penonton. Kemudian para pelaku berputar mengelilingi ruang permainan dengan diiringi penari/penyanyi Yung Dondang. Setelah itu para tokoh duduk kembali. Adegan dilanjutkan dengan adegan-adegan lain sesuai dengan jalan cerita yang dipentaskan sampai selesai. Pertunjukan Makyong garapan workshop ditutup dengan tutup tanah, berakhir dengan adegan tarian para pelaku yang mengelilingi ruang permainan dengan iringan lagu Cik Milik. Sayang Cik Milik mengarang bungaBunga dikarang berduri-duriMaafkan Encik sekalian yang adaPermainan kami mohon berhentiPertunjukan berlangsung selama kurang lebih dua jam. Selama pementasan, keseimbangan antara tari, nyanyian, drama, roman, dan lawakan selalu terjaga rapi. Kalau para pembaca bertanya apakah pementasan Makyong garapan workshop yang diselenggarakan pada awal tahun 1980 itu berhasil, penulis tidak bisa menjawabnya, karena sukar bagi seseorang untuk menilai pekerjaannya sendiri secara objektif. Yang dapat penulis kemukakan adalah, dari reaksi publik saat menonton pementasan tersebut tampak jelas bahwa pertunjukan itu komunikatif. Reaksi penonton sesuai dengan yang penulis perkirakan. Mereka tertawa saat mengikuti adegan atau dialog yang lucu. Adegan sedih juga diterima penonton sebagaimana yang penulis ketika selesai melaksanakan tugas memimpin workshop, penulis pribadi masih berhasrat untuk menyempurnakan garapan tim yang terasa belum memuaskan, antara lain unsur topeng yang sama sekali belum terjamah dalam workshop tersebut. Hal ini sengaja dilakukan karena pada taraf awal sukar bagi seorang pelaku/penari untuk berlaku/menari dengan menggunakan topeng secara benar. Keinginan penulis untuk membenahi Makyong tidak pernah bisa terjangkau. Sementara itu di pemerintah provinsi telah terjadi pergantian pejabat dan juga terjadi pergantian prioritas sesuai dengan minat pejabat baru tersebut. Pada saat bersamaan, tidak pernah terdengar lagi kegiatankegiatan Makyong yang dilakukan oleh peserta menyenangkan yang sampai kepada penulis pada tahun 1983 ketika penulis datang ke Penyengat adalah yang mengatakan bahwa ada di antara para guru yang mengajarkan kesenian Makyong kepada para siswanya. Dia adalah salah satu siswa SPG yang ikut serta dalam workshop. Mudah-mudahan berita ini kesempatan ini, penulis kemukakan saran untuk Pemerintah Daerah Provinsi Riau dan pemerintah pusat guna mengadakan kegiatan sebagai berikut a, melakukan perekaman pementasan Makyong asli dengan video dan rekaman suara; b, disusul dengan pembuatan transkripsi hasil pementasan tersebut; c, pembuatan notasi lagu, lengkap dengan liriknya; d, pembuatan notasi ini perlu dilakukan agar pemerintah memiliki dokumentasi yang lengkap tentang Makyong. Hal ini amat diperlukan, baik oleh para peneliti maupun seniman yang ingin mempelajari Makyong. Kita harus ingat bahwa umur para pendukung Makyong juga terbatas, sementara kekayaan budaya yang pernah dimiliki daerah perlu tersebut masih perlu diikuti dengan kegiatan-kegiatan seperti berikut Kegiatan workshop perlu diulang kembali dengan perencanaan dan fasilitas yang mantap, baik berupa alat penunjang maupun pembiayaan. Peserta diharapkan berasal dari seluruh daerah di Provinsi Riau. SPG Negeri Tanjungpinang dijadikan pilot proyek tempat persemaian bibit Makyong, dengan cara memasukkan seni teater Makyong dalam bidang studi kesenian. Diadakan festival sekali setahun untuk menggairahkan kegiatan berteater Makyong. Pemenang festival mendapatkan hadiah berupa biaya pementasan rutin. Perlu diadakan workshop bersama antara Makyong Malaysia dan Makyong Riau dengan mengambil tempat di Pusat Informasi dan Pengkajian Kebudayaan Melayu. Pesertanya adalah seniman teater Makyong, para pembina, dan para ahli teater. 9. PenutupPenulis menyadari sepenuhnya bahwa uraian ini jauh dari sempurna, dan penulis berpendapat bahwa forum ini berkewajiban untuk melengkapinya dengan mengadakan koreksi terhadap hal-hal yang dianggap tidak benar. Sekali lagi, apa yang penulis lakukan adalah sekadar “Berjagung-jagung dahulu menjelang padi masak”, dan penulis akhiri uraian ini dengan mengucapkan ucapan Hang Tuah “Tak Melayu hilang di bumi”. Memang Melayu tidak akan pernah hilang di bumi dan di Indonesia, ia akan terus hidup dalam kebhinnekatunggalikaan PustakaAmanriza, E. Pe. dan Syamsuddin. 1985. Seni Lakon Orang Riau. Makalah Pertemuan Budaya Melayu Provinsi N. 1983. Seni Pertunjukan Rakyat di Sumatera Utara. Makalah Sarasehan Festival Seni Pertunjukan Rakyat Tingkat Nasional, Kesenian Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat. 1983. Upaya Pembinaan Revitalisasi dan Konservasi Seni Tradisional Mendu di Kalimantan Barat. Makalah Sarasehan Festival Seni Pertunjukan Rakyat Tingkat Nasional, R. 1975. Sejarah Perkembangan Drama Bangsawan di Tanah Melayu dan Singapura. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Effendy, B. A. 1974a. Makyong Kesenian Tradisional Daerah Kepulauan Riau. Riau Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayan Provinsi Riau.––––––––––. 1974b. Petunjuk Teknis Lapangan Bagi Petugas Kebudayaan. Riau Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.––––––––––. 1974c. Mendu Kesenian Khas Daerah Riau. Riau Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi S. 1977. Teater Tradisional Mamanda. Makalah Diskusi Teater Tradisional, Ch. P. van. 1986. Het Maleisch Toneel te Westkust van M. 1975. Memperkenalkan Makyong Riau. Makalah Diskusi Teater Rakyat Makyong, Festival Desember, W. P. 1974. “The Music of Malaysian Makyong” dalam Traditional Drama and Music of Southeast Asia. Kuala B. S. 1983. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta Gunung A. 1953. “Produksi Film Tjerita di Indonesia” Indonesia 1 dan 2, Tahun Pengembangan Kesenian Sumatera Selatan. 1980. Teater Tradisional Sumatera Raja Ali Haji. 1934. Syair Abdoel Moeloek. Batavia Centrum Balai B. 1977. Teknis Pergelaran Teater Tradisional Mamanda. Makalah Sarasehan Mamanda, S. 1975. Penggalian dan Pengembangan Teater Tradisional. Laporan kerja, Jakarta.––––––––––. 1976a. Bahasan terhadap “Memperkenalkan Makyong Riau” dan “Makyong Teater Tradisional Daerah Riau” dalam Pesta Seni 1976. Jakarta Dewan Kesenian Jakarta.–––––––––– Ed.. 1976b. “Penggalian dan Pengembangan Lenong” dalam Pralokakarya Seni Budaya Betawi. Jakarta Pustaka Jaya.––––––––––. 1984. Sejarah Lenong. Makalah Diskusi Lenong Mahasiswa di Universitas Assafiiyah, M. 1972. Taman Indra. New York Oxford University Press. ––––––––––. 1974. “Makyong The Malay Dance Drama” dalam Traditional Drama and Music of Southeast Asia. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan 1971. Sari Sejarah Serdang. Jilid I. B. M. dan A. Hasan. 1976. “Teater Tradisional Daerah Riau”. dalam Pesta Seni 1976. Jakarta Dewan Kesenian Penanggung Jawab, Pengarah, Narasumber, dan Peserta Workshop Revitalisasi Teater Makyong Riau di Tanjungpinang, 17 Februari–15 Maret 1980. Pemimpin Proyek Bapak Nahar Effendi Kepala Biro Kesra Pemda Provinsi Riau Ketua Pelaksana Soemantri Sastrosuwondho LPKJ Wakil Ketua Ny. T. Nazly A. Mansur LPKJ Sekretaris merangkap dokumentasi visual Tetet Sri Widodo Tim Pengarah T. Nazly A. Mansur penata tari, Wiwik Sipala asisten penata tari, Rahimam Boy asisten penata tari, Trisapto asisten penata tari, Wasnur asisten penata tari, Otto Sifartha penata musik merangkap dokumentasi audio Nara Sumber grup teater Makyong Mantang Arang, yaitu Bapak Khalid, Bapak Atan Rakhman, Bapak Mat Gepeng, Mak Timah, Mak Tijah Kordinator latihan Drs. Wen lzhar pengajar SPG Negeri Tanjungpinang Peserta siswa SPG Negeri Tanjungpinang sebanyak 28 orang, antara lain Said Arifin, Usman, Badrudin, Sarifah Aminah, Said Parman, Jamiat, Hanafi, Ermins, Supartini, Halim, Syarifah Hazanah, Rahmadanier, Rasmawati, Emizar Agustina, Aniriawati, Rukiah, Suzinna, Yulinan, Rumadi. Panitia pelaksana Bapak Mukhsin Khalidi, Bapak A. Razak, dan Bapak R. Hamzah Yunus. ______________________________Soemantri Sastrosuwondho, lahir di Selatpanjang, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Menempuh Sekolah Rakyat Taman Siswa di Selatpanjang, SMP dan SMA Negeri di Yogyakarta, kemudian masuk Akademi Seni Drama dan Film di Yogyakarta. Kegiatannya sebagian besar berkaitan dengan kesenian dan kebudayaan, antara lain sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesenian Rakyat Jakarta; Sekretaris LPKJ; Anggota Dewan Kesenian Jakarta, dan tahun 1985 menjabat Kasi Permainan Rakyat, Dit. Sejarah dan Nilai Tradisional. Kecintaannya pada dunia seni dan budaya telah melahirkan beberapa karya, seperti “Penggalian dan Pengembangan Teater Rakyat Betawi” 1979; “Makyong, Sebuah Laporan Penelitian” 1978; “Aspek Komunikasi pada Musik Tradisional Betawi” 1984; “Aspek Sosial Budaya pada Tari Tradisional Betawi” 1984; “Sejarah Lenong” 1984; “Pendidikan Kreativitas Apakah Mungkin?”; “Belajar Lewat Dramasasi Kreatif”; dan puluhan cerita pentas teater tradisional untuk TVRI dan TIM ini disampaikan pada Seminar “Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya”, yang diselenggarakan di Tanjung Pinang, Riau, Indonesia, pada tanggal 17 – 21 Juli 1985. Dengan penambahan hyperlink dari pentingnya makalah ini, Redaksi memuat ulang dengan penyuntingan makalah prosiding seminar ini telah dibukukan dengan judul “Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan”, dengan editor Prof. Dr. Heddy Shri Ahmisa-Putra, setelah dilakukan penyuntingan ulang pada klasifikasi dan urutan pada daftar isi, bahasa, maupun perubahan judul. Editor juga memberikan Wacana Pembuka dan Wacana Penutup serta Kata Pengantar pada setiap bagian. Diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu BKPBM, Edisi Eksklusif Hard Cover, 965 makalah pada buku tersebut akan dimuat berdasarkan urutan bagian secara bergantian. Buku tersebut terdiri atas 36 tiga puluh enam makalah pilihan yang terbagi dalam 8 delapan bagian yakni, 1 Sejarah dan Keragaman Kesulatanan Melayu; 2 Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia; 3 Sastra Melayu dan Sastrawan Melayu; 4 Naskah Melayu dan Penelitiannya; 5 Seni Pertunjukan Melayu; 6 Kepribadian, Adat Istiadat dan Organisasi Sosial Melayu; 7 Teknologi Melayu; dan 8 Melayu dan foto Pertanyaan-pertanyaan tersebut ialah 1. Apakah Saudara pernah mendengar tentang Makyong? 2. Apakah Saudara pernah menonton Makyong? 3. Kalau ya, unsur apa yang menarik perhatian Saudara dalam Makyong? 4. Cara menikmati Makyong yang bagaimana yang Saudara senangi? 5. Kapan Saudara menonton Makyong terakhir kali? 6. Menurut hemat Saudara, apa yang menyebabkan Makyong jarang sekali dipentaskan sekarang ini? 7. Apa hiburan yang lebih menarik Saudara daripada Makyong? 8. Mengapa dalam perayaan upacara pernikahan dan perhelatan lainnya masyarakat tidak suka menanggap Makyong? 9. Bila ada usaha untuk mempopulerkan Makyong kembali, unsur apa yang harus diperbaiki? 10. Bahasa yang bagaimana yang sebaiknya digunakan dalam Makyong? 2 Sekarang masuk wilayah Kabupaten Bengkalis, ed. read 86060 Bagikan informasi ini ke teman Anda Tuliskan komentar Anda !